Sungguh menarik sekali yang kualami pada hari Minggu (15 Jun 2014) kemarin...
Pertama-tama, aku akan menceritakan satu hal dulu. Minggu lalu, tepatnya sekitar hari Selasa (10 Jun), kantorku kedatangan anak magang dari luar negeri, Amerika tepatnya. Ia bernama Mary dan ia masih sangat muda...
Telah beberapa kali ia menanyakan padaku jalan paling aman dan nyaman ke Jakarta. Karena kami tinggal di daerah Tangerang, aku menyarankannya untuk menggunakan shuttle bus yang selalu stand-by setiap jam di halte mal terdekat. Kuberitahukan juga tempat-tempat pemberhentian shuttle bus di Jakarta. Kemudian kulanjutkan, "Sesampainya di Jakarta, kamu bisa menggunakan transportasi busway yang akan melewati setiap jalan protokol atau jalan besar di Jakarta", kataku.
Tapi, sepanjang aku menjelaskan padanya, jujur saja, ada perasaan sedikit menggelitik, apakah dia mengerti semua yang kujelaskan ini, bagaimana kalau dia nyasar atau tidak sampai di tujuan, pikirku. Sehingga, kuputuskan untuk mengantar dan memperlihatkan semua hal yang kubicarakan itu padanya hari Minggu. "Juga sekalian kamu kuliner, mencoba beberapa masakan Indonesia," sambungku.
Ternyata pada hari Sabtu, ia telah pergi sendiri ke Jakarta. Katanya, "Menggunakan shuttle bus." Aku sempat bernapas lega, berarti ia menangkap semua yang kuterangkan. Dan sesuai janji, hari Minggu aku akan menemaninya berkeliling Jakarta, semenjak siang hingga malam.
Hari Minggu tiba, kujemput Mary di lobi Pacific Place Mall. Meski cuaca sedang hujan deras, tapi entah kenapa, rasa semangatku juga meluap-luap, sama persis dengan perasaannya saat memasuki mobilku. Aku langsung jalan, berencana melewati FX mal, yang menjadi salah satu tempat pemberhentian shuttle bus. Saat itulah Mary baru bercerita. Ternyata yang dimaksudnya dengan shuttle bus (yang digunakannya hari Sabtu kemarin) adalah bis umum. Waktu mendengarnya, sontak aku terkaget-kaget, menaikinya saja aku tidak pernah, tapi ia pergi ke Jakarta menggunakan bis itu? Aku langsung melarang Mary menggunakannya lagi. Ia pun mengakui sedikit merasa takut ketika berada di dalamnya. Syukurlah Tuhan sangat baik padanya, karena menempatkan satu orang pria yang cukup fasih berbahasa Inggris, memberinya arahan, bahkan ikut turun menemani Mary. Aku berkata, "Ya, Tuhan sangat peduli padamu, Mary." Lalu aku membuatnya berjanji untuk tidak menaiki bis itu lagi dan menunjukkan seperti apa shuttle bus yang sesungguhnya. Kulihat ia mencatatnya...
Nah kejadian berikut inilah, saat kami sangat bersenang-senang...
Kuajak Mary mencoba nasi goreng iga di Plaza Indonesia mal. Tak lupa sesudahnya, kami pergi beribadah ke gerejaku yang terletak tepat di seberangnya. Syukurlah ia menikmati ibadah di sana... Sepulangnya, kembali kuajak Mary mencoba makanan di daerah Pecenongan. Awalnya, kami menyantap hot plate daging campur dan cah kangkung, di mana ia mengaku inilah pertama kalinya mencoba sayuran kangkung itu. Selanjutnya, kubawa ia mencoba salah satu makanan khas jalan itu, tak lain dan tak bukan, "Martabak Nutella", asli buatan "Perintis Martabak Pecenongan". Mary sangat memuji-muji setiap makanan yang dicobanya. Ia pulang dengan perasaan puas dan sukacita...
Ketika aku di rumah, berbaring di tempat tidurku, kulewati lagi ingatan sepanjang hari dengannya. Aku menyadari satu hal, ternyata aku sangat menyukai hal ini, menjadi host atau tuan rumah. Dan aku rasa semua itu bisa terjadi, karena aku mencintai negaraku, Indonesia. Aku ingat berulang kali mengatakan hal ini pada Mary, "Kupikir, yang harus kamu lakukan ketika mengunjungi negara lain adalah mencoba sebanyak mungkin ciri khas negara tersebut. Karena untuk apa menempuh perjalanan jauh -juga berjam-jam lamanya- kalau ujung-ujungnya hanya menikmati sesuatu yang sesungguhnya ada juga di negaramu?" Ia mengangguk tanda setuju...
Di samping itu, tak henti-hentinya, aku bercerita soal berbagai kebiasaan dan habit orang Indonesia. Syukurlah, dalam perjalanan ke Pecenongan, kami melewati Monas, dan di sana sedang diadakan Pasar Rakyat. Meski jalanan sangat macet -untuk ukuran hari Minggu- kami sempat dilalui delman, bajaj, dan Ondel-ondel. Juga beberapa macam jajanan murah di samping jalan Monas. Kuberitahu kepadanya satu per satu dengan bangga...
Dan ketika kuperkenalkan Mary kepada teman-temanku, mereka juga sangat menyambut hangat. Membuat Mary sangat nyaman dan berkata, "Orang Indonesia memang baik-baik. Aku mau pergi lagi ke gerejamu dan berkumpul bersama teman-temanmu, Eve." Tentu saja, aku akan mengajaknya lagi di lain waktu.
Kurasa siapapun bisa menjadi tour guide, selama ia menyukai hal tersebut... Dan entah kenapa aku punya perasaan akan mengalaminya lagi di kemudian hari. Sepertinya, dengan tamu-tamu orang asing lainnya, dan perjalanan yang berbeda pula. Tentunya, aku harus semakin memelajari negaraku dengan lebih baik. Siapa tahu kali ini kami akan pergi ke luar kota, dan ia akan semakin melihat keindahan negaraku Indonesia, pikirku dalam hati. Ya, bisa jadi... *fingercrossed