Ketika membaca ayat “Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak
mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga”.
Saya suka ayat ini. Saya selalu
memperkatakannya ketika kekhawatiran muncul, baik dalam pekerjaan, keuangan,
makan, pergi hang-out atau mingle dengan teman, traktir teman,
pacar? Saya mempercayai-Nya. Hanya saja saya (baru) menyadari satu hal, burung
memang tidak bisa menabur atau mengumpulkan bekal dalam lumbung. Ia tidak bisa
berpikir, apalagi menghitung. Namun, agar si burung dapat makan dan memberi
makan anak-anaknya, jelas ia harus terbang, melakukan sesuatu. Dan Tuhan
berjanji terus memeliharanya. Si burung akan terus mendapatkan makanan dimana
saja. Hanya saja, ia harus terbang.
Saya sedang membaca artikel dari
Mandy Hale berjudul “Three Lies Us Single People Need to Stop
Telling Ourselves” dan kebohongan yang ketiga adalah “Thinking that we have to wait around for a
relationship to realize our destiny”, Mandy menghimbau kita untuk “It’s time to stop waiting and start LIVING.”
Ini adalah salah satu saran terbaik yang saya ketahui...
Pernahkah Anda menyukai
seseorang, lalu memutuskan untuk menunggunya menghubungi Anda, mengajak pergi,
memperkenalkan Anda dengan teman-temannya kemudian keluarganya, suatu hari “nembak” Anda, dan (siapa
tahu) ia akan melamar nanti. Well,
ini yang disebut menunggu…
Saya tidak menyalahkan Anda. Saya
pun pernah melakukan hal yang sama. Dan begitu ia “nembak” saya, entah kenapa
rasanya tidak sempurna atau seindah yang saya rasakan sebelumnya. Teman saya
sempat berujar, “Mungkin terlalu lama ya, Eve…” Hmm, mungkin juga… Tapi saya
sadar sekarang, hal tersebut dikarenakan saya hanya menunggu saja, tidak “terbang”
atau “living”. Saya tidak melakukan
apa-apa untuk mencerahkan hari saya, untuk mengisi kehidupan saya, dan (yang
terpenting) melakukan persiapan untuk siapapun pasangan saya kelak.
Saya sering membalas perkataan
teman-teman saya yang berkata, “Eve, sebenarnya kamu tuh sudah cocok berumah tangga dan punya anak” (Yes, I totally agree). Hanya saja ini
jawaban saya, “Saya lebih baik telat menikah daripada salah pilih orang. Tidak apa
deh terlambat, tapi saya percaya it’s all
worth it…”
Bagaimana dengan Anda? Masihkah
Anda menunggunya? Hentikan dulu sejenak “memikirkan dia”. Perhatikan diri Anda.
Mulailah lakukan sesuatu. Upgrade
yourself. Perkaya diri Anda dengan hal-hal hebat. Hidupi hidup Anda. Rasakan
indahnya diri Anda dan lihatlah, you are
worth it…
Seperti kata-Nya kemudian, “Bukankah
kamu lebih berharga daripada mereka (burung)?” Yes, you are, ladies…