---Lanjutan minggu lalu---
SATU MINGGU KEMUDIAN
Garry meninggalkan rumahnya untuk bekerja kembali. Bedanya hari ini, ia sedikit antusias, juga membawa harapan. "Jam yang sama seperti minggu lalu. Mudah-mudahan ketemu lagi," ujarnya dengan suara cukup keras, bagai seorang sedang berjanji.
Memasuki jalan yang sama, dengan cermat Garry melihat ke kanan dan ke kiri dari balik kemudinya. Ia pun juga tidak berjalan cepat-cepat, santai saja. Gila, seminggu ini cewek itu nggak bisa gua lupain. Mobil Mazda 2. Matanya. Pipinya, hidungnya, rambutnya walaupun hanya terlihat dari belakang. Lalu tangannya yang kecil. Gua memikirkannya terus. Kenapa ya? Apa dia jodoh gua? Suara hatinya bicara cukup keras, sampai-sampai bisa terdengar suara degup jantungnya sendiri.
Tak berapa lama, tampak jalanan macet di depan. "Hah, macet!? Pasti gara-gara bayar tol nih," keluh Garry. Dengan terpaksa ia ikuti juga antrian panjang kemacetan tersebut. Di saat sedang mengantre, sekilas Garry melirik kaca spionnya. Sungguh kaget bukan kepalang, di belakang adalah cewek si Mazda 2 merah itu... Garry sampai menoleh ke belakang untuk memastikan penglihatannya. Benar, mobil Mazda 2 cewek itu. Ia langsung membetulkan letak kaca spionnya agar semakin mudah melihat ke belakang. "Yes, that's her... Itu benar-benar dia. Makasih Tuhan. Akhirnya ketemu lagi," soraknya sendiri di dalam mobil.
Setelah itu, tak henti-hentinya Garry melihat kaca spion. Dan sekarang ia seperti diyakinkan, ya, cewek ini memang cantik. Rambutnya sebahu, mengenakan atasan bunga-bunga. Di tangannya ada satu keping CD. Ia sedang menggantinya. Dan kemudian, mengangguk-anggukkan kepalanya. Hahaha, persis seperti minggu lalu. Hanya saja kali ini pemandangannya tepat berada di belakang. Jadi gua bisa melihatnya dengan bebas. Rasa puas membara di hati Garry, membuatnya tak memperhatikan jalan. Ketika melihat ke depan, jarak mobilnya dengan mobil depan sudah cukup jauh. Dengan perasaan malu, ia memajukan mobilnya pelan, namun pandangannya tetap tak lepas dari mobil Mazda 2 di belakang.
Mendekati pintu tol Karang Tengah, Garry melirik kaca spionnya lagi, seumpama seorang gentleman yang membuka jalan bagi gadisnya, demikian Garry menyalakan lampu dim sebelah kanannya, menuju pintu tol GTO paling kanan yang masih sepi. Ia senang sang gadis mengikutinya begitu saja.
Garry sengaja membuka jendelanya kepagian, lalu mengeluarkan wajahnya untuk dapat melihat ke belakang. Tatapan matanya bertepatan dengan pandangan mata cewek itu. Garry sempat tersenyum sekilas, lalu menempelkan kartu e-toll ke mesin GTO. Ketika pintu palang terbuka, Garry melajukan mobilnya, namun tidak cepat-cepat. Ia sedang menunggu mobil merah di belakang. Tak berapa lama ia melihat pintu palang naik, cewek itu berjalan maju. Garry mempersilahkan mobil merah itu melewatinya, kemudian dengan buru-buru ia mendekatkan mobilnya lagi. "Kali ini gua harus tahu dia kemana. Akan gua ikutin," ucap Garry memenuhi rasa ingin tahunya seminggu kemarin.
Mobil merah itu menyalakan lampu dim sebelah kiri, berjalan pelan ke arah pintu keluar tol Kembangan. Garry mengikuti dari belakang. Mobil mereka masih beriringan hingga lampu merah. Lagi-lagi dari belakang, Garry melihat dua orang pengamen mendekati mobil Mazda 2 di depannya. Mereka terus saja memetik gitar bututnya. Padahal dengan jelas Garry melihat tangan cewek tersebut melambai, menadakan 'Tidak.' Tapi dua pengamen itu terus tersenyum. Bahkan mengganti lagunya menjadi, "Cantik... Ingin rasa hati berbisik..." dendangnya dengan suara yang sumbang, tak enak didengar. Merasa kesal melihat kejadian tersebut, Garry menekan klakson, membuyarkan pandangan keduanya, disangka mereka sudah lampu merah padahal belum. Akhirnya, mereka mundur, menjauhi mobil cewek tersebut, menuju mobil di sebelahnya.
Lampu merah pun berubah ke warna hijau. Semua mobil mulai maju sedikit-sedikit, tak terkecuali mobil Garry dan mobil Mazda 2 di depannya. Setelah melewati lampu merah, Garry melihat lampu dim mobil merah berkedip-kedip ke arah kanan, Garry menyalakannya juga. Mereka sudah putar balik, melewati lampu merah Puri Indah, Mal Puri Indah, lalu berbelok di ujung jalan. Di sebelah kiri adalah Carrefour Puri Indah dan di sebelah kanan adalah pintu tol masuk Kembangan. Hmm, mau kemana ya dia? Garry mulai bertanya-tanya dalam hati.
Mendadak, Garry dikagetkan oleh dering telepon genggamnya. Buru-buru ia mengangkat, "Halo?" jawabnya sedikit berteriak.
"Pak Garry, ada dimana? Pak Andre sudah mau sampai, Pak," terdengar suara Eko dari kejauhan.
Garry melihat jam tangannya. Ia sudah melalui perjalanan 15 menit jauhnya dari arah biasa ke kantor. "Saya masih dalam perjalanan, Eko. Tadi sempat terkena macet di pintu tol Karang Tengah," jawab Garry, sambil terus mengikuti mobil Mazda 2 itu hingga masuk ke Perumahan Puri Indah, melewati sekolah Notredame.
"Baik, Pak," jawab Eko sopan.
"Tolong sampaikan permintaan maaf saya. Tapi sebentar lagi saya akan sampai kok."
"Baik, Pak."
"Makasih ya," Garry langsung memutuskan percakapannya dengan Eko. Kali ini, mobil Mazda 2 menyalakan lampu dim kanannya. "Ok, mau belok kanan atau putar balik dia?" Garry bertanya sendiri. Ternyata, putar balik dan kemudian membelokkan setir ke arah kiri. Garry agak mengenali jalan ini. Ini arah ke Pasar Puri. Dulu, ia punya teman yang tinggal di perumahan Taman Permata Buana, tak jauh dari jalanan dan perumahan ini.
Meski telah mengetahui lokasinya dimana, dengan lincah, Garry terus mengikuti mobil cewek itu. Ia merasa seperti sedang konvoi mobil dengan teman-teman prianya, melihat gaya menyetir cewek ini serupa cowok. Kemudian, mobil Mazda 2 telah melewati sekolah Ipeka di sebelah kanannya, berjalan terus, hingga tiba-tiba ia belok kiri mendadak, masuk ke jalan kecil di sebelah Ruko Puri Indah. Garry terhenyak. "Wah, mana bisa gua belok mendadak begitu. Oh no, gua tertinggal lagi dari cewek itu," ucap Garry.
Garry hanya bisa melewati belokan itu dengan muka memelas. Masih terlihat mobil merah itu tengah berbelok ke kiri, tepat di belokan pertamanya. Garry terpaksa terus berjalan lurus, menuju tempat tujuan awalnya, yaitu kantor. Tapi kali ini ia tersenyum lebar. Tidak mengecewakan kok. Setidaknya hari ini gua tahu dia kemana. Pasti ke rumah di belakang ruko ini. Yah, tidak jauhlah dari kantor gua. Sejalan juga kok. Tidak apa, ini kemajuan, batinnya. "We'll see next week," seru Garry sedikit bergelora.
SATU MINGGU KEMUDIAN
Semenjak bangun di pagi hari, Garry sudah seperti orang yang terisi penuh baterainya. Dengan penuh semangat, ia mengeluarkan mobil dari garasi rumahnya di waktu yang sama dengan minggu lalu, juga dua minggu sebelumnya. Ia yakin, Tuhan akan membantunya kali ini. Lagipula gua sudah tidak masuk kantor lagi kok. Hari ini demi cewek itu, batinnya.
Ia tersenyum sumringah. Minggu lalu sungguh luar biasa. Sudah berhasil mengetahui tujuan cewek itu, acara Grand Opening kantor pun berjalan lancar. Tak habis-habisnya gua dan tim dipuji Andre, pemilik saham, juga pemilik perusahaan, Bapak Jimmy. Hari Sabtu yang indah, suara hatinya bicara puas. "Dan hari ini juga pasti akan menjadi seindah minggu lalu, bahkan lebih baik," teriaknya. Di pikirannya sudah terkumpul banyak rencana. Salah satunya, Garry berencana ke jalanan Puri Indah itu. Dan mungkin saja ia akan berbelok, memasuki jajaran rumah di belakang ruko Puri Indah. Tapi hal itu belum diputuskannya. Takut disangka mau rampok lagi, berhenti di depan rumah orang sembarangan. Atau, dia akan coba masuk ke ruko Puri Indah dan memarkirkan mobilnya tak jauh dari pintu keluar. Yah, lihat nanti sajalah...
Ketika sedang asyik berpikir, Garry terkaget-kaget ada mobil yang menyalipnya dari sebelah kiri. Ia sempat mengeluarkan suara, "Wow..." Tapi langsung ngeh kalau yang melewatinya itu mobil Mazda 2 berwarna merah. Buru-buru ia membuntuti. Mudah-mudahan ini dia, mudah-mudahan, harapnya dalam hati. Dan ternyata benar, ia sudah melihat boneka Baymax yang berayun-ayun cepat, juga stiker mobil 'Don't worry, be happy.' Garry langsung berteriak riang, "Yes, ketemu... Thanks God." Ia pun mulai melongo lewat kaca depan mobilnya, berusaha melihat si pengemudi. Dengan penuh harap, ia akhirnya berujar, "Yes, positive. It's her." Garry terus mendekatkan mobilnya ke mobil Mazda 2 di depan. Kali ini akan gua ikuti terus dia, batinnya berikrar. Tak diduga, mobil Mazda 2 itu menyalakan lampu dim sebelah kiri. "Ow ow, dia mau kemana? Oh, mau ke Rest Area ya. Bagus..." ujar Garry.
Memasuki Rest Area, mobil Mazda 2 itu langsung menyalakan lampu dim sebelah kanan, berbelok ke deretan tempat-tempat makan dan istirahat. Ia melaju pelan, sampai akhirnya memarkirkan mobilnya di depan toko Seven Eleven. Garry melihat di samping mobil merah itu masih kosong, selekas mungkin ia memarkirkan mobilnya di sebelah. Kemudian, Garry melihat pintu mobil Mazda 2 terbuka dan keluar cewek berpakaian dress warna putih lengan panjang. Melihat dari samping jendela penumpangnya, Garry terkesima. "Astaga, ia cantik sekali, sangat cantik malah," gumamnya takjub. Sampai-sampai Garry masih melanjutkan pandangannya dari kaca spion, melihat gaun putih cewek itu beterbangan sedikit tertiup angin. Cewek Mazda 2 itu masuk ke dalam ATM Center yang terletak di belakang mobil mereka.
"Gila, cantik banget dia. Kulitnya putih. Rambutnya diikat samping. Badannya juga langsing. Dan kakinya kecil pula, tampak cantik dengan sepatu high heels putihnya. Gua harus melakukan sesuatu," Garry bicara sendiri. "Ya, gua harus melakukan sesuatu." Ia pun segera mematikan mesin mobil, merapikan rambut dan kemejanya. Lalu keluar dari mobil, merasa bingung dan sedikit gugup, tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, ia membuka pintu bagasi mobil, merapikan barang-barang di dalam tas gym yang nyata-nyata tidak berantakan itu.
Tak berapa lama, Garry mendengar bunyi suara alarm mobil di sampingnya. Garry mendongakkan kepala sejenak. Cewek itu sedang berjalan menuju mobilnya, sambil membuka dompet, merapikan struk kertas dan lainnya. Tiba-tiba angin bertiup agak kencang, membuat rok putih cewek itu tersingkap, juga menerbangkan dua lembar uang berwarna biru. Ia sempat berteriak kecil. Dengan sigap, Garry menangkap uang yang sedang beterbangan itu. Satu lembar berhasil diraihnya, tapi yang satunya lagi membuat Garry sampai merangkak untuk mengambilnya. Ketika dua-duanya berhasil diraih, Garry membalikkan badan. Dan ternyata, cewek itu sudah berdiri tak jauh dari mobil Garry...
---Bersambung---
Setelah itu, tak henti-hentinya Garry melihat kaca spion. Dan sekarang ia seperti diyakinkan, ya, cewek ini memang cantik. Rambutnya sebahu, mengenakan atasan bunga-bunga. Di tangannya ada satu keping CD. Ia sedang menggantinya. Dan kemudian, mengangguk-anggukkan kepalanya. Hahaha, persis seperti minggu lalu. Hanya saja kali ini pemandangannya tepat berada di belakang. Jadi gua bisa melihatnya dengan bebas. Rasa puas membara di hati Garry, membuatnya tak memperhatikan jalan. Ketika melihat ke depan, jarak mobilnya dengan mobil depan sudah cukup jauh. Dengan perasaan malu, ia memajukan mobilnya pelan, namun pandangannya tetap tak lepas dari mobil Mazda 2 di belakang.
Mendekati pintu tol Karang Tengah, Garry melirik kaca spionnya lagi, seumpama seorang gentleman yang membuka jalan bagi gadisnya, demikian Garry menyalakan lampu dim sebelah kanannya, menuju pintu tol GTO paling kanan yang masih sepi. Ia senang sang gadis mengikutinya begitu saja.
Garry sengaja membuka jendelanya kepagian, lalu mengeluarkan wajahnya untuk dapat melihat ke belakang. Tatapan matanya bertepatan dengan pandangan mata cewek itu. Garry sempat tersenyum sekilas, lalu menempelkan kartu e-toll ke mesin GTO. Ketika pintu palang terbuka, Garry melajukan mobilnya, namun tidak cepat-cepat. Ia sedang menunggu mobil merah di belakang. Tak berapa lama ia melihat pintu palang naik, cewek itu berjalan maju. Garry mempersilahkan mobil merah itu melewatinya, kemudian dengan buru-buru ia mendekatkan mobilnya lagi. "Kali ini gua harus tahu dia kemana. Akan gua ikutin," ucap Garry memenuhi rasa ingin tahunya seminggu kemarin.
Mobil merah itu menyalakan lampu dim sebelah kiri, berjalan pelan ke arah pintu keluar tol Kembangan. Garry mengikuti dari belakang. Mobil mereka masih beriringan hingga lampu merah. Lagi-lagi dari belakang, Garry melihat dua orang pengamen mendekati mobil Mazda 2 di depannya. Mereka terus saja memetik gitar bututnya. Padahal dengan jelas Garry melihat tangan cewek tersebut melambai, menadakan 'Tidak.' Tapi dua pengamen itu terus tersenyum. Bahkan mengganti lagunya menjadi, "Cantik... Ingin rasa hati berbisik..." dendangnya dengan suara yang sumbang, tak enak didengar. Merasa kesal melihat kejadian tersebut, Garry menekan klakson, membuyarkan pandangan keduanya, disangka mereka sudah lampu merah padahal belum. Akhirnya, mereka mundur, menjauhi mobil cewek tersebut, menuju mobil di sebelahnya.
Lampu merah pun berubah ke warna hijau. Semua mobil mulai maju sedikit-sedikit, tak terkecuali mobil Garry dan mobil Mazda 2 di depannya. Setelah melewati lampu merah, Garry melihat lampu dim mobil merah berkedip-kedip ke arah kanan, Garry menyalakannya juga. Mereka sudah putar balik, melewati lampu merah Puri Indah, Mal Puri Indah, lalu berbelok di ujung jalan. Di sebelah kiri adalah Carrefour Puri Indah dan di sebelah kanan adalah pintu tol masuk Kembangan. Hmm, mau kemana ya dia? Garry mulai bertanya-tanya dalam hati.
Mendadak, Garry dikagetkan oleh dering telepon genggamnya. Buru-buru ia mengangkat, "Halo?" jawabnya sedikit berteriak.
"Pak Garry, ada dimana? Pak Andre sudah mau sampai, Pak," terdengar suara Eko dari kejauhan.
Garry melihat jam tangannya. Ia sudah melalui perjalanan 15 menit jauhnya dari arah biasa ke kantor. "Saya masih dalam perjalanan, Eko. Tadi sempat terkena macet di pintu tol Karang Tengah," jawab Garry, sambil terus mengikuti mobil Mazda 2 itu hingga masuk ke Perumahan Puri Indah, melewati sekolah Notredame.
"Baik, Pak," jawab Eko sopan.
"Tolong sampaikan permintaan maaf saya. Tapi sebentar lagi saya akan sampai kok."
"Baik, Pak."
"Makasih ya," Garry langsung memutuskan percakapannya dengan Eko. Kali ini, mobil Mazda 2 menyalakan lampu dim kanannya. "Ok, mau belok kanan atau putar balik dia?" Garry bertanya sendiri. Ternyata, putar balik dan kemudian membelokkan setir ke arah kiri. Garry agak mengenali jalan ini. Ini arah ke Pasar Puri. Dulu, ia punya teman yang tinggal di perumahan Taman Permata Buana, tak jauh dari jalanan dan perumahan ini.
Meski telah mengetahui lokasinya dimana, dengan lincah, Garry terus mengikuti mobil cewek itu. Ia merasa seperti sedang konvoi mobil dengan teman-teman prianya, melihat gaya menyetir cewek ini serupa cowok. Kemudian, mobil Mazda 2 telah melewati sekolah Ipeka di sebelah kanannya, berjalan terus, hingga tiba-tiba ia belok kiri mendadak, masuk ke jalan kecil di sebelah Ruko Puri Indah. Garry terhenyak. "Wah, mana bisa gua belok mendadak begitu. Oh no, gua tertinggal lagi dari cewek itu," ucap Garry.
Garry hanya bisa melewati belokan itu dengan muka memelas. Masih terlihat mobil merah itu tengah berbelok ke kiri, tepat di belokan pertamanya. Garry terpaksa terus berjalan lurus, menuju tempat tujuan awalnya, yaitu kantor. Tapi kali ini ia tersenyum lebar. Tidak mengecewakan kok. Setidaknya hari ini gua tahu dia kemana. Pasti ke rumah di belakang ruko ini. Yah, tidak jauhlah dari kantor gua. Sejalan juga kok. Tidak apa, ini kemajuan, batinnya. "We'll see next week," seru Garry sedikit bergelora.
SATU MINGGU KEMUDIAN
Semenjak bangun di pagi hari, Garry sudah seperti orang yang terisi penuh baterainya. Dengan penuh semangat, ia mengeluarkan mobil dari garasi rumahnya di waktu yang sama dengan minggu lalu, juga dua minggu sebelumnya. Ia yakin, Tuhan akan membantunya kali ini. Lagipula gua sudah tidak masuk kantor lagi kok. Hari ini demi cewek itu, batinnya.
Ia tersenyum sumringah. Minggu lalu sungguh luar biasa. Sudah berhasil mengetahui tujuan cewek itu, acara Grand Opening kantor pun berjalan lancar. Tak habis-habisnya gua dan tim dipuji Andre, pemilik saham, juga pemilik perusahaan, Bapak Jimmy. Hari Sabtu yang indah, suara hatinya bicara puas. "Dan hari ini juga pasti akan menjadi seindah minggu lalu, bahkan lebih baik," teriaknya. Di pikirannya sudah terkumpul banyak rencana. Salah satunya, Garry berencana ke jalanan Puri Indah itu. Dan mungkin saja ia akan berbelok, memasuki jajaran rumah di belakang ruko Puri Indah. Tapi hal itu belum diputuskannya. Takut disangka mau rampok lagi, berhenti di depan rumah orang sembarangan. Atau, dia akan coba masuk ke ruko Puri Indah dan memarkirkan mobilnya tak jauh dari pintu keluar. Yah, lihat nanti sajalah...
Ketika sedang asyik berpikir, Garry terkaget-kaget ada mobil yang menyalipnya dari sebelah kiri. Ia sempat mengeluarkan suara, "Wow..." Tapi langsung ngeh kalau yang melewatinya itu mobil Mazda 2 berwarna merah. Buru-buru ia membuntuti. Mudah-mudahan ini dia, mudah-mudahan, harapnya dalam hati. Dan ternyata benar, ia sudah melihat boneka Baymax yang berayun-ayun cepat, juga stiker mobil 'Don't worry, be happy.' Garry langsung berteriak riang, "Yes, ketemu... Thanks God." Ia pun mulai melongo lewat kaca depan mobilnya, berusaha melihat si pengemudi. Dengan penuh harap, ia akhirnya berujar, "Yes, positive. It's her." Garry terus mendekatkan mobilnya ke mobil Mazda 2 di depan. Kali ini akan gua ikuti terus dia, batinnya berikrar. Tak diduga, mobil Mazda 2 itu menyalakan lampu dim sebelah kiri. "Ow ow, dia mau kemana? Oh, mau ke Rest Area ya. Bagus..." ujar Garry.
Memasuki Rest Area, mobil Mazda 2 itu langsung menyalakan lampu dim sebelah kanan, berbelok ke deretan tempat-tempat makan dan istirahat. Ia melaju pelan, sampai akhirnya memarkirkan mobilnya di depan toko Seven Eleven. Garry melihat di samping mobil merah itu masih kosong, selekas mungkin ia memarkirkan mobilnya di sebelah. Kemudian, Garry melihat pintu mobil Mazda 2 terbuka dan keluar cewek berpakaian dress warna putih lengan panjang. Melihat dari samping jendela penumpangnya, Garry terkesima. "Astaga, ia cantik sekali, sangat cantik malah," gumamnya takjub. Sampai-sampai Garry masih melanjutkan pandangannya dari kaca spion, melihat gaun putih cewek itu beterbangan sedikit tertiup angin. Cewek Mazda 2 itu masuk ke dalam ATM Center yang terletak di belakang mobil mereka.
"Gila, cantik banget dia. Kulitnya putih. Rambutnya diikat samping. Badannya juga langsing. Dan kakinya kecil pula, tampak cantik dengan sepatu high heels putihnya. Gua harus melakukan sesuatu," Garry bicara sendiri. "Ya, gua harus melakukan sesuatu." Ia pun segera mematikan mesin mobil, merapikan rambut dan kemejanya. Lalu keluar dari mobil, merasa bingung dan sedikit gugup, tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya, ia membuka pintu bagasi mobil, merapikan barang-barang di dalam tas gym yang nyata-nyata tidak berantakan itu.
Tak berapa lama, Garry mendengar bunyi suara alarm mobil di sampingnya. Garry mendongakkan kepala sejenak. Cewek itu sedang berjalan menuju mobilnya, sambil membuka dompet, merapikan struk kertas dan lainnya. Tiba-tiba angin bertiup agak kencang, membuat rok putih cewek itu tersingkap, juga menerbangkan dua lembar uang berwarna biru. Ia sempat berteriak kecil. Dengan sigap, Garry menangkap uang yang sedang beterbangan itu. Satu lembar berhasil diraihnya, tapi yang satunya lagi membuat Garry sampai merangkak untuk mengambilnya. Ketika dua-duanya berhasil diraih, Garry membalikkan badan. Dan ternyata, cewek itu sudah berdiri tak jauh dari mobil Garry...
---Bersambung---