29 Juli 2011

Nerry's Comfort Zone


Di dekat rumahku, ada salah seorang tetangga yang adalah pembantu rumah tangga. Ia baru saja dititipi anjing Golden Retriever oleh salah satu majikannya.
Mungkin kamu bingung mengapa aku berkata, “Salah satu majikannya?” Karena rumah yang ditinggali olehnya sebenarnya merupakan rumah milik majikan (aslinya) yang tinggal di Jakarta. Si Mbak hanya dititipi saja. Tapi, ia boleh tinggal bebas di situ dan memeliharanya/mendekorasi (memasang lampu hias, menempelkan poster-poster, memakai air, listrik, dsb). Dan kalau boleh kukatakan, rumahnya sangat bersih, meski tidak banyak perabotnya.
Untuk memenuhi kebutuhan (karena si mbak hanya dititipi saja :p), ia memutuskan untuk bekerja keliling menjadi pembantu harian dari beberapa orang majikan. Ia menyebutnya, "Bos-ku." 
Selama ini si Mbak merasa beruntung karena katanya, "Bos-ku selama ini baik-baik Non... Biar kata agak jauh rumahnya, tapi saya sih betah saja kerja di situ..." Yahh, lucky her... Cuma kalau menurutku sih, selain beruntung mendapat majikan yang baik, si Mbak juga orangnya memang sangat baik dan rajin, jadi rasanya ia tidak akan mengalami kesulitan bekerja di manapun dan bersama siapapun.
Oke, kembali lagi ke anjing Golden Retriever betina, warna putih, bernama Nerry yang usianya baru saja 6 bulan. Tapi selayaknya anjing Retriever, tubuhnya sudah bertumbuh sesuai dengan batas tingginya. Jadi rasanya ia tidak akan meninggi lagi, mungkin yang terjadi adalah melebar ke samping. Ya, aku yakin begitu...

Nah, Nerry persis sekali dengan foto ini
Nerry adalah anjing dari majikannya si Mbak yang sedang pulang ke negaranya, Korea, untuk berlibur sejenak. Nah, Nerry dititipi (juga) ke mbak. Tapi semua kebutuhannya sudah tentu disediakan, sekarung dog food, tempat makan dan minumnya, sisir, tali untuk berjalan-jalan, sampo anjing, bahkan vitamin, dan beberapa obat-obatan untuk hewan (yang adalah obat merah, minyak tawon, dsb :p)
Karena kesukaanku akan anjing, rumah si Mbak menjadi tempat yang sering kukunjungi dalam 2 minggu belakangan. Lagipula aku memang berencana tidak pergi kemana-mana juga selama seminggu ini (pas banget), hanya ingin berdiam di rumah, karena ada 2 deadline tulisan yang harus diselesaikan. Dan percayalah, aku betah-betah saja tidak kemana-mana...
Waktu hari pertama aku mengunjungi Nerry dan membelai-belainya, aku sudah (langsung) memutuskan untuk mengajaknya jalan-jalan, yang disambut riang gembira (sekali, kalo boleh kutambahkan) oleh Nerry. Ia sampai-sampai tidak bisa diam dengan menyalak sejadi-jadinya, seolah-olah berkata, "Hore.. hore.. Asik.. asik.. Kita akan berjalan-jalan..." Tentu saja aku mengerti, karena sejak menonton acara 'Dog Whisperer' (Cesar Milan), aku semakin yakin bahwa rutinitas yang harus dilakukan setiap hari adalah mengajak jalan. 
Hanya saja ternyata aku salah menduga, entah kenapa anjing ini tidak suka berjalan lama-lama... Apakah penyebabnya karena cuaca sore itu yang agak panas atau (mungkin) energinya sudah terkuras habis saat ia berlompat-lompat tadi. Aku melihatnya dengan lesu ketika Nerry sudah berbaring di tengah jalan raya kompleks, 10 menit kemudian. Ia benar-benar berbaring di sana dan tidak beranjak... Aku cukup khawatir memikirkannya, masalahnya tubuh Nerry pasti sudah mencapai 27 kg, setengahnya dari berat badanku. Aku tidak akan mungkin menggendongnya, bahkan aku gagal juga menariknya... Sampai dengan aku berkata, "Ayo dong Ner, wake up... Oke, kita pulang deh.." Tiba-tiba dia bangkit dan -tepatnya- menarikku pulang kembali ke rumah si Mbak. Aku sampai takjub melihatnya, sekaligus juga tertawa dalam hati. Sepertinya dia memang sangat mengerti dengan kata 'pulang' itu.
Sesampainya di rumah, Nerry langsung menuju tempat minumnya. Dengan tergesa-gesa, juga pasrah, ia menurut saja diikat kembali oleh si Mbak, lalu menjulurkan tangannya, tanda ingin 'bersalaman' dan aku menyambutnya. Namun ternyata tanganku tidak mau dilepasnya.
Aku tahu maksud Nerry, ia tidak mengijinkanku pulang ke 'rumahku,' ia masih ingin aku tetap di sana membelai-belainya, mengusap hidungnya, dan sedikit memberi pijatan di kepalanya. Kulakukan semua itu sampai 4 menit lamanya dan dia tetap tidak membiarkanku pergi. Si mbak pun berkata, "Dia tau tuh, Non, kalo sama Non dia disayang-sayang. Makanya dia nggak ijinin Non pulang."
Aku berpikir... Berarti secara nggak langsung, aku telah memberi kenyamanan kepada anjing ini. Meskipun perjumpaan kami terbilang singkat (dan rasanya tidak sampai 30 menit, dari pertama kali aku menghampiri rumah si Mbak hingga mengajaknya jalan-jalan), tapi Nerry merasa nyaman berada di dekatku (yang adalah orang asing) dibanding si Mbak. Padahal si Mbak yang memberinya makan, menyisirnya, tapi aku yang dia harapkan berada di sisinya. 
Cukup kagum aku dibuatnya, berhasil memberi kenyamanan kepada seekor anjing lagi... Dulu aku pernah berada di situasi yang sama, hanya saja anjingnya waktu itu adalah anjingku sendiri, yaitu Zacky, Doogie, Lea, dan terakhir adalah Cathy dengan 2 anaknya, Diane dan Florence. Memoriku sedikit mengenang mereka sebentar, sambil tersenyum-senyum sendiri...
Secara pribadi, aku sih senang-senang saja tiap hari kesana, membelainya dan mengajaknya jalan, toh cuma itu kerjaanku... Ringan... :p Yang berat-berat (memberinya makan, menyisir, membersihkan kotorannya) justru adalah pekerjaan si Mbak. Hehe... Aku seperti memiliki anjing, yang tidak ada bebannya... ;) Enaknya...
5 menit kemudian, aku diijinkan pulang oleh Nerry karena matanya sudah mulai tertutup sedikit. Sepertinya ia mulai capai dan mengantuk. Aku langsung pamit ke si Mbak (dan anaknya yang sedang berkunjung dari kampungnya), mengelus Nerry terakhir kali dan melambai, sambil berjanji, "Besok aku akan ajakin jalan-jalan lagi ya Mbak.."
Nerry sempat gusar waktu aku berjalan menjauhi rumah si Mbak. Ia pun bangkit lagi, tapi kali ini tidak menggonggong. Aku sempat berteriak kecil padanya, "Besok kita ketemu lagi ya Ner.. Jalan-jalannya lanjut besok.." Lagi-lagi, anjing itu tampaknya mengerti ucapanku, ia mengibas-ngibaskan ekornya sambil kaki depannya berdiri di tembok sebatas lutut di sebelahnya. 
Aku pun akhirnya bisa pulang ke rumah... :D

08 Februari 2011

Miracle still happens


Bulan Januari 2011 yang lalu, I just returned from my holiday to Surabaya; I really enjoyed my trip. I got a lot experience in there, a lot of lessons, more weight & beautiful memorable moments. Yes… It was beautiful. Jadi ada 2 kejadian yang terjadi di Surabaya.

First, kasus diberhentikannya pesawat Mandala (padahal ya Mandala itu bagus lho. My flight was 1.55 pm and they actually departed on 1.55 pm. Gak pake telat, benar-benar on-time. Sayang sudah tidak beroperasi lagi). When they announced Mandala is no longer in operation, aku masih di Surabaya. FYI, waktu itu aku beli tiket pesawatnya dengan harga promo. Untuk harga one way only cuma Rp.100.000,- Jadi total PP: Rp.200.000,- Murah kan? (And even I didn't process the refund, let say Rp.200.000,- but for flight from Jkt to Sby, it’s still cheap). Ternyata harga murah ini dikarenakan harga transit. Harusnya tujuan ke Denpasar, tapi mereka transit di Surabaya. Makanya murah…
Ok back to the story… Pengumumannya itu diberitakan di Koran hari Kamis (tgl. 13 Jan). So, my cousin (yang namanya Ci Lia) membangunkan saya pagi-pagi benar, “Eve, ini kok di Koran Jawa Pos ada pemberitahuan kalo Mandala tidak beroperasi lagi ya? Coba deh kamu baca dan cari tahu dulu, sementara aku antar anak2 ke sekolah ya…” Namun, dikarenakan hari sebelumnya (hari Rabu) aku baru dari Madura (jalan-jalan dari Bangkalan, Sampang, Pemengkasan sampe Sumenep), aku masih sangat lelah. Jadi setelah membacanya, aku pun tertidur lagi. Sebenarnya bukannya cuek ato tidak peduli, but because I believe Tuhan tidak akan membiarkanku begitu saja. He will make everything well, so that is why I’m not worry at all. Saya pikir kalau pun sampai tidak menemukan pesawat murah atau sudah full hingga hari Senin, aku bisa pulang naik kereta. Yang menurutku masih ok lah… 
At 8 AM, again Ci Lia woke me up. It’s seems I was not able to sleep again and have to start looking the information about this situation.  But before I do that, I’m so surprised, my BB full of BBM from family & friends. They considering about me (hahaha… dan saya malah tidur). So, I got all the information from them: Refund, cheap airlines ticket, promo, etc. Mereka juga kasih tau keadaan kantor Mandala di Jakarta. Karena itulah, aku berencana mau mampir ke Kantor Pusat Mandala di Sby (Jl. Diponegoro) dengan maksud mau tanya-tanya, tapi nyatanya sangat rame, penuh, hujan pula, mungkin lebih baik batal saja…
Lalu, my Dad called & said, “Vlyne, kamu searching pesawat murah deh di internet. Nanti papi yang bayarin pesawatnya.” Dan itulah yang terjadi… In fact, my Father transfered me money for ticket, including airport tax. Voila… GOD really takes care of me. Akhirnya, aku pesen tiket pesawat via jasa travel langganan sodaraku yang letaknya cuma 2 rumah di sebelahnya (hahaha…). And before lunch, I got my ticket. Yes, all is well…

Hotel Purnama at Batu, Malang
Nah yang kedua adalah kejadian BB-ku hilang. Hari Sabtu-nya, aku & keluarga Ci Lia pergi ke Batu, Malang dan kita nginep di Hotel Purnama yang bagus sekali, juga indah pemandangannya. Bahkan, kita sampe dikasih free of dinner, also the breakfast for 4 people.
After dinner, kita pergi jemput suaminya Ci Lia (namanya Ko Fendi), yang makan bareng temannya di Flamboyant Café. Dalam perjalanan, aku masih BBM-an ama temenku di mobil. Dan sesampai di sana, aku memang langsung turun (karena lagi hujan juga) & lari menuju tempat jual yoghurt yang letaknya tidak terlalu jauh. Kedua keponakanku uda pengen nyoba. Saat di kasir, aku baru sadar BB-ku dimana ya? Lalu, aku merogoh kantung, cari di tasku tapi gak ada. Aku langsung pinjam kunci mobil Ci Lia, mulai cari dan ngubek ke mobil juga halaman sekitarnya, tetap gak ketemu. Padahal aku ngerasa cuma sesaat lho, paling nggak sampe 3 menit kejadiannya. Aku mulai dag-dig-dug, kayanya hilang nih. Apalagi dihubungi sudah masuk voice mail.
Akhirnya, for the next 45 minutes, everybody was looking my BB, including Ko Fendi’s friend & his children (padahal aku baru saja berkenalan dengan mereka). Aku liat mereka sempet tanya2 tukang parkir, satpam, kasir yoghurt, pelican cafe. Trus sempat ninggalin nama & nomor telp yang bisa dihubungi karena café sudah mau tutup. But the truth is I’ve lost hope. I think it’s already gone.
Sesampainya di hotel, tiba-tiba Ci Lia merangkulku & berkata, “Eve sori banget ya kalo sampe jadi begini. Coba kalo kita gak ke Batu, pasti BB kamu gak hilang. Biar kuganti ya Eve BB-nya.” Waktu denger itu aku jadi nangis. Sebabnya, aku tidak mau Ci Lia berpikir demikian, juga merasa takjub atas tawaran Ci Lia. Tapi, sambil geleng-geleng kepala aku menolak. Lalu, kita sempet berdoa ber-4 di kamar (aku, ci Lia & 2 orang anaknya). Dalam doanya Ci Lia terus-menerus bicara tentang mujizat yang pasti terjadi (dan memang terjadi dalam hidupku, namun tidak dengan caraku). Saat itu aku teringat Filipi 4:6, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
So, I changed my prayer, “Lord I’m grateful for all that happened to me now. Aku betul2 bersyukur liburan di Surabaya ini. Aku sungguh terpelihara sempurna, in everything. Makan enak terus, bisa puas nyobain berbagai macam makanan khas Sby. Bersyukur karena aku tinggalnya di rumah Ci Lia. Bersyukur karena keluarga ini adalah tuan rumah juga keluarga yang sangat baik. Bersyukur karena aku bisa ke Batu & liburan di tempat yang indah, yang mungkin gak akan kudapat lagi kalo di Jakarta.” Dan kalo kupikir2, aku pun juga hampir gak keluar uang selama liburan ini kecuali untuk beli oleh-oleh. So yes, I’m so lucky surrounded by all this beautiful moment. 
Setelah itu, aku pun tidak bersedih lagi, I just surrender to God. Kalo ketemu ya Puji Tuhan. Kalo gak ketemu, Puji Tuhan juga. Dan malamnya aku bisa tidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya, dalam perjalanan pulang ke rumah (Sby), mereka bawa aku ke Plaza Marina (seperti Roxy) dan mereka benar2 berniat membelikanku BB. I think I can’t say anything. Karena kejadiannya ‘tiba-tiba’ juga, aku hanya mengikuti mereka 
Setelah muter2, aku sempet khawatir juga dengan harga BB original (hitam) di Sby yang bisa sampe 2,6 juta ato 2,7 juta. So I called my brother, Ryan. aku perlu quick lesson membeli BB darinya. Karena yang kemarin aku beli, aku hanya tau bayar tokk, tapi gak tau prosesnya gimana. Akhirnya, kita berhasil ketemu 1 toko yang jual BB dengan harga yg sama dengan Jkt, bergaransi TAM pula. It was perfect…  Jadi kita beli di sana.
Tapi ada yang membuatku kepikiran, mereka membayarnya dengan cicilan bukan tunai. So that’s make me thinking, mungkin saja mereka sedang tidak ada uang saat itu, makanya jadi nyicil. I felt really bad. 

Hingga malamnya, setelah anak2 sudah tidur, I decide to talk with them, “Ko, Ci, begini. Aku uda discuss sama Mami & kita merasa gak enak. Gimana kalo kita bantu bayar setengahnya?” Dan belum2, mereka langsung nolak. Lalu, aku bilang lagi, “Kalo gitu anggap ajah sekarang aku pinjem ya, nanti aku pasti balikin lagi dalam bentuk barang juga.” 
Dan Ko Fendi mulai bicara yang membuatku terharu, “Eve, kita kok kayak orang lain ya. Padahal kan kita keluarga. Jadi sudah seharusnya bersikap begitu. Jangan merasa gak enak dong, wong kita ajah udah gak mikirin kok. Yang terpenting kamu happy, gak kapok lagi ke Surabaya. Kita bener2 berharap kamu pulang dalam keadaan bahagia, bukannya bersedih. So, it’s oke lahhh..”
Saat itu entah kenapa ayat, “…Giving so you will be given…” terngiang2 di kepalaku. Aku percaya, Tuhan sedang memakai mereka untuk memberkatiku & pastinya, Tuhan pun akan memberkati mereka lebih lagi.  
That’s the value of family. I’m so thankful having them as my family…  Kalau mereka saja berusaha sedemikian rupa untuk membuatku melupakan my past, my lost & everything, so yes, I have to change my paradigm as well. Aku harus pulang dalam keadaan bahagia & sama2 enak. Supaya gak cuma aku saja yang enak, mereka pun juga demikian. Jadinya malam itu, kami asik bercerita tentang pengalamanan memancing di Madura, Bandung, Puncak (karena mereka belum pernah ke sana), juga makanan2 enak Sby lainnya yang aku belum coba, yang berarti (menurut mereka) aku harus datang lagi untuk nyobain, hehe... Kita bertiga ngobrol seru sekali sampe jam 11 pm. It was a beautiful night…

Yes, bad things happen to good people. But God still with us. IA ada disana saat keadaan baik maupun buruk menimpa kita. HE consoled, embrace us & giving encouragement so we can bear it, get through of it. HE replaces my sorrow with joy, tak dibiarkannya aku bersedih terlalu lama. Thank you Father…

Akhir cerita, Ci Lia & Ko Fendi akhirnya setuju membagi pembayaran 50:50 dengan kita. After my mom talked to them dan membawa nama papiku, mereka setuju juga, fiuhh… That’s good… 
Sementara itu, orangtuaku juga memutuskan untuk membantu cicilannya. Dengan jumlah hanya  Rp.100.000 per bulannya saja, the rest will be their responsibilities (hahaha…) GOD is good all the time… Yes... Miracle still happens
Me, along with a wonderful family, minus pelayannya :)