17 Desember 2009

Masih Adakah Kehidupan Indah itu?


Jujur saja, saya sedang tergila-gila dengan cerita Marley, tokoh anjing dari cerita “Marley and Me” dan pemiliknya –sekaligus penulis-- John Grogan. Perasaan ini timbul setelah saya menonton filmnya di bioskop. Ya.. Cerita yang diangkat dari kisah true story antara anjing dan pemiliknya itu memang patut diancungi jempol. Betul-betul menyentuh..
Sebenarnya wajar saja jika saya mengalami hal ini, mengingat saya adalah pecinta anjing dan di sisi lain, saya masih sering memikirkan anjing Sharpei saya (dulu) bernama Cathy, yang terpaksa diberikan ke orang lain karena kami sedang mengalami kendala financial. Rasanya, saya bisa menguraikan air mata tiap kali mengingatnya.

Beberapa waktu yang lalu, kami (jemaat) sempat diberi sebuah kuis oleh Pendeta kami. Beliau menanyakan beberapa hal di bawah ini : (disebut kategori pertama).
1. Sebutkan 5 nama Presiden favoritmu !
2. Sebutkan 5 nama olahragawan favoritmu !

Ketika mendengarnya, saya hampir gagal menjawab kedua pertanyaan tersebut. Karena saya hanya tahu sekitar dua sampai tiga nama saja, tapi ia menyuruh menyebutkan lima nama. Hingga saat ini, Presiden favorit saya masih Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan Gus Dur (Pak Abdurachman Wahid), yang telah banyak membawa perubahan bagi Indonesia.
Tapi ketika menjawab pertanyaan kedua, lain lagi ceritanya. Saya bukan penggila sport dan pengetahuan tentang dunia ini masih terbilang “standar-standar” saja. Sempat muncul beberapa nama, seperti Michael Jordan (yang sekarang sudah berusia tua dan mewariskan bakatnya itu ke anaknya – yang lagi-lagi saya tidak tahu nama anaknya--), David Beckham (karena ia sangat terkenal, apalagi setelah kepindahannya ke Amerika), dan yang terakhir Tiger Woods (entah penulisan namanya benar atau tidak).
Cukup lama waktu yang diberikan olehnya. Hingga ia melanjutkan pertanyaan untuk kategori yang kedua :
1. Sebutkan 5 nama guru favoritmu !
2. Sebutkan 5 nama orang yang pernah membantumu !
3. Sebutkan 5 kejadian yang tidak akan pernah kamu lupakan seumur hidup !

Untuk pertanyaan ini, saya tidak membutuhkan waktu lama dalam menjawabnya. Dengan gesit, saya menyebutkan satu per satu nama, sambil mengajak pikiran untuk bernostalgia sedikit, mengeluarkan beberapa arsip file dalam memori otak. Kali ini waktu yang diberikan pun juga tidak lama.
Setelah dilihatnya kami telah selesai, ia bertanya, ”Mengapa Anda lebih mudah menyebutkan kategori yang kedua?” Tak ada diantara kami yang menjawab. Lalu, ia pun menjelaskan maksudnya, “Itu karena orang-orang tersebutlah yang telah banyak meninggalkan kenangan di dalam hidupmu. Mereka telah berhasil menorehkan perubahan dalam diri Anda. Yang mungkin tidak besar bagi orang lain, apalagi bagi kota, namun itu besar bagi dirimu. Dan karena hanya Anda yang pernah merasakannya, maka akan tercipta abadi dalam memori. Mungkin mereka bukan orang tua dan teman Anda, tapi yang pasti mereka adalah orang-orang yang telah membawa perubahan dalam hidup Anda.”

Kurang lebih seperti itulah yang dirasakan oleh John Grogan terhadap Marley. Meskipun menurutnya, Marley adalah anjing terburuk di seluruh dunia. Tapi justru dengan keberadaan Marley, sosoknya mampu mengguncang dan mengubah hari-hari John dan Jenny (istrinya) sampai sekarang. Membuatnya bisa terus mengenang anjing tersebut, sekalipun Marley telah tiada. Saya membayangkan ketika John Grogan menulis tingkah laku Marley, kemungkinan akan seperti saya ketika mengenang Cathy: senyum-senyum sendiri, mulai memperlihatkan wajah sumringah dan sedikit bernostalgia dengan keluarga. Yang kemudian, saya abadikan kejadian lucu yang pernah kami alami tersebut ke dalam tulisan/ catatan.

Teman, banyak cara untuk membuat kita bahagia...
Saya pernah membaca sebuah buletin yang menyebutkan ini, ”Sesungguhnya hidup itu seperti masuk dan keluar pintu. Ketika kita lulus SMA, maka itu berarti kita menutup pintu SMA dan membuka pintu kuliah. Ketika kita mengakhiri masa lajang, artinya kita menutup pintu ”lajang dan sendiri,” yang kemudian membuka pintu pernikahan, juga keluarga, dan begitu seterusnya.”
Saya yakin sudah banyak nama dan kejadian yang ikut dialami dari proses ”keluar masuk” tersebut. Ada yang menyedihkan, ada juga yang menyenangkan. Ada yang membuat kecewa, ada juga yang membuat bangga. Ada yang perlu ditahan, tapi ada juga yang harus dilepaskan. Tapi, bersyukurlah pada Tuhan kita masih punya memori untuk terus mengingatnya.
Orang selalu berkata, “Life still go on, so continue your life.” Ya.. Hidup adalah sebuah proses. Kita perlu untuk terus melihat ke depan. Masa lalu pasti ada, karena kita pernah mengalaminya. Namun jangan berhenti sampai situ saja, ambil jalan untuk keluar dan masuki kehidupan yang baru. Untuk masa lalu sih, hanya cukup dikenang saja dalam hati. Seperti saya sekarang, sedang mengenang banyak nama dalam kehidupan saya dan saya jadi bersyukur dengan Tuhan atas proses ini.
Oleh karena itu, sekarang saya ingin berterimakasih kepada banyak nama yang telah membangun dan membantu saya, yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Dan juga saya ingin meminta maaf dari lubuk hati terdalam kepada orang-orang yang mungkin merasa pernah saya kecewakan, saya betul-betul minta maaf. Namun, di atas segalanya, saya bersyukur pernah mengenal kalian semua. Ingatan ini akan bersifat abadi dalam memori saya. Terima kasih..

10 Juni 2009

"Saya bukan Korban"

Saya selalu melihatnya disana.. Seorang bapak tua berdiri di ujung jembatan, menjual dua dirigen air.

Dengan tidak mau mengetahui asal usul airnya, saya selalu bertemu bapak itu pada saat sedang menunggu lampu merah. Dari balik kemudi, saya perhatikan ia berdiri di bawah pohon rindang dengan kemeja berlengan panjang birunya dan celana selutut berwarna hitam -yang sepertinya merupakan "Seragam kerjanya"

Beberapa kali, tangannya menunjuk-nunjuk mobil atau motor yang lewat, sambil mulutnya komat-kamit mengatakan, "Air buat cuci piring neng.. Air buat bersih2 Pak.."

Sebenarnya kali pertama saya melihatnya, hati saya sudah meringis. Namun ternyata itu belum seberapa... Suatu kali saya melihatnya sedang merapikan dua dirigen air tersebut dan berjalan turun ke bawah. Bingung juga saya, kenapa dia turun ke bawah, tapi saya perhatikan terus saja Bapak itu dengan lebih seksama. Sungguh pilu saat mengetahuinya, ternyata ia berjalan ke rumahnya yang berada di bawah kolong jembatan. Rumah yang tidak ada atap itu terlihat berantakan, sarat dengan barang-barang miliknya.

Cukup lama saya menatap kolong jembatan itu, sampai tidak sadar lampu lalu lintas sudah berubah ke hijau. Saya berjalan cukup pelan, merasa syok. Selama ini saya pikir "Tinggal di kolong jembatan" hanya kiasan belaka. Tapi, hari ini saya betul-betul melihatnya.. Di sana.. Lalu, bagaimana dengan kamar mandinya? Bagaimana cara ia tidur di malam hari? Bagaimana kalau sedang hujan, tidak kepikirankah ia kalau air sungai/got bisa meluap? "Seperti itukah kemiskinan di ibukota?" Yah.. Banyak sekali pertanyaan yang melintas di kepala saya saat itu.

Hanya saja saya melihat ada yang berbeda, satu hal yang pasti bapak itu tidak mau menjadi korban. Ia tetap mau berusaha "menaklukkan" dunia ini. Walaupun hidupnya seperti itu..

Tuhan pernah mengatakan bahwa salah satu tugas manusia adalah menaklukan bumi. Makanya,
"Control hidup kalian, control waktu dan uang kalian, jika tidak hidup, waktu dan uanglah yang akan mengontrol kalian."

Lagipula, keadaan ini bukan untuk selamanya kok. Saya buktinya..
Selama sepuluh tahun lebih, kami sekeluarga mempunyai financial problem. Namun, saat ini kami masih terus berdiri dan yakin Tuhan sedang memulihkan dan memperbaiki keuangan kami. Dimulai dari keuangan saya -yang perubahannya sangat luar biasa- dan bukan tidak mungkin juga keuangan orang tua saya pada akhirnya.

Saya sungguh salut terhadap Bapak tua itu.. Ia tidak meminta-minta atau mengemis, melainkan ia berusaha. Ia menemukan sesuatu yang ada dari dirinya (kedua dirigen tersebut), lalu mengusahakannya dengan sekuat tenaga. IA bukan KORBAN DUNIA melainkan IA sedang BEKERJA.

Dan malam itu, saya langsung mendoakannya, "Tuhan, aku tidak tahu siapa nama Bapak itu dan bagaimana ceritanya hingga dia bisa tinggal disana. Tapi Tuhan, berkatilah dia.. Pulihkan keuangan dan kehidupannya. Biar Engkau berkati dia dalam penjualan airnya itu, bahkan Engkau tambahkan, sehingga bisa menopang hidupnya. Amien.."

08 Juni 2009

Ceritakan apa Tujuanmu?

Setiap manusia pasti punya tujuan hidup. Yap.. Kita-kita memiliki purpose in our life..
Makanya, jangan anggap remeh dirimu! Dengan tidak memandang pekerjaan kita/kondisi keadaan sekarang ini. Well, the truth is YOU ARE SOMEBODY..

Kenapa saya berkata begini? Karena itulah tujuan Tuhan menciptakan kita. Segala yang ada di diri kita ini -dari ujung rambut sampe ujung kaki- ada maksudnya.
Kalo Bill Gates aja bisa menciptakan Microsoft dengan tujuan agar mempermudah kita dalam bekerja, menyimpan file (dan memang jd simpel sih..), apalagi Tuhan..
So, seperti yang saya katakan di awal tadi, Don't under estimated yourself!

Namun, segala sesuatunya memang harus dimulai dulu. Ingat kan, ada awal, pasti ada akhirnya.. Kata pepatah pun sama, "Terkadang kita perlu untuk mengambil step awal dulu, baru ke belakangnya akan mudah.." Saya setuju dengan quote ini..
Karena TUJUAN HIDUP BUKAN DIUKUR DARI KE-SPEKTAKULERANNYA, tapi APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN UNTUK HIDUPMU.. Dengan memulainya dari diri sendiri...

Saya selalu kagum dan salut dengan OB (Office Boy) di kantor saya. Betul-betul orang yang langka (menurut saya).. Selain kenyataan bahwa ia berfungsi (sebagai OB) dengan baik, ia pun juga berkeliling tiap hari untuk menanyakan ingin makan apa hari ini, mengisi botol raksasa saya di meja, berinisiatif untuk fotokopi tanpa disuruh, dsb. Sangat produktif, bukan? Bisa bayangkan kalo dia cuti atau tidak masuk? Saya seperti orang yang lupa waktu. Tiba-tiba saja jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan saya belum menyentuh makanan sama sekali. Belum lagi -seperti yang kita tau- terkadang Jakarta bisa sangat terik lalu berubah tiba-tiba jadi dingin( hehehe), membuat saya malas mencari makan di luar kantor.

Sama juga dengan kisah Harry Porter, Golden Compass, dan sejenisnya. Sebenarnya, intisari yang bisa saya dapatkan dari film tersebut, bukan tentang "Di kehidupan nyata mereka adalah orang biasa yang tidak punya apa-apa." Saya agak kurang setuju dengan pendapat itu, karena bisa membuat orang banyak berangan-angan, tanpa melihat realita yang sesungguhnya. Tapi justru yang saya lihat adalah "Mereka hidup punya tujuan"

Besar atau kecilnya tujuan kita bukanlah ukuran. Seperti yang saya katakan tadi, tidak perlu spektakuler, tapi percayalah itu akan mengguncang hidup orang lain, paling tidak untuk dirimu sendiri.

Bisa membawa perubahan bagi kehidupan orang lain, itu adalah tujuan. Secara tidak langsung, orang akan mencontoh tingkah lakumu, kebiasaanmu, itu adalah tujuan. Menjadi pendengar yang baik, itu adalah tujuan. Menjadi istri yang tunduk pada suami dan suami yang menghargai istri, itu adalah tujuan. Menjadi anak yang menurut, hormat dan berbakti pada orang tua, itu adalah tujuan.
And see, gak perlu heboh2 dulu kan? Mulailah dari perkara kecil, pasti nanti kita akan dipercayakan yang besar. Saya melihat banyak contoh seperti itu di kantor saya, yang awalnya loker koran, sekarang merupakan seorang Direktur. Yang awalnya, administrasi biasa, sekarang beliau menjabat sebagai Direktur Utama. Dan bukan mustahil, jika suatu hari nanti, giliran Anda...