10 Juni 2009

"Saya bukan Korban"

Saya selalu melihatnya disana.. Seorang bapak tua berdiri di ujung jembatan, menjual dua dirigen air.

Dengan tidak mau mengetahui asal usul airnya, saya selalu bertemu bapak itu pada saat sedang menunggu lampu merah. Dari balik kemudi, saya perhatikan ia berdiri di bawah pohon rindang dengan kemeja berlengan panjang birunya dan celana selutut berwarna hitam -yang sepertinya merupakan "Seragam kerjanya"

Beberapa kali, tangannya menunjuk-nunjuk mobil atau motor yang lewat, sambil mulutnya komat-kamit mengatakan, "Air buat cuci piring neng.. Air buat bersih2 Pak.."

Sebenarnya kali pertama saya melihatnya, hati saya sudah meringis. Namun ternyata itu belum seberapa... Suatu kali saya melihatnya sedang merapikan dua dirigen air tersebut dan berjalan turun ke bawah. Bingung juga saya, kenapa dia turun ke bawah, tapi saya perhatikan terus saja Bapak itu dengan lebih seksama. Sungguh pilu saat mengetahuinya, ternyata ia berjalan ke rumahnya yang berada di bawah kolong jembatan. Rumah yang tidak ada atap itu terlihat berantakan, sarat dengan barang-barang miliknya.

Cukup lama saya menatap kolong jembatan itu, sampai tidak sadar lampu lalu lintas sudah berubah ke hijau. Saya berjalan cukup pelan, merasa syok. Selama ini saya pikir "Tinggal di kolong jembatan" hanya kiasan belaka. Tapi, hari ini saya betul-betul melihatnya.. Di sana.. Lalu, bagaimana dengan kamar mandinya? Bagaimana cara ia tidur di malam hari? Bagaimana kalau sedang hujan, tidak kepikirankah ia kalau air sungai/got bisa meluap? "Seperti itukah kemiskinan di ibukota?" Yah.. Banyak sekali pertanyaan yang melintas di kepala saya saat itu.

Hanya saja saya melihat ada yang berbeda, satu hal yang pasti bapak itu tidak mau menjadi korban. Ia tetap mau berusaha "menaklukkan" dunia ini. Walaupun hidupnya seperti itu..

Tuhan pernah mengatakan bahwa salah satu tugas manusia adalah menaklukan bumi. Makanya,
"Control hidup kalian, control waktu dan uang kalian, jika tidak hidup, waktu dan uanglah yang akan mengontrol kalian."

Lagipula, keadaan ini bukan untuk selamanya kok. Saya buktinya..
Selama sepuluh tahun lebih, kami sekeluarga mempunyai financial problem. Namun, saat ini kami masih terus berdiri dan yakin Tuhan sedang memulihkan dan memperbaiki keuangan kami. Dimulai dari keuangan saya -yang perubahannya sangat luar biasa- dan bukan tidak mungkin juga keuangan orang tua saya pada akhirnya.

Saya sungguh salut terhadap Bapak tua itu.. Ia tidak meminta-minta atau mengemis, melainkan ia berusaha. Ia menemukan sesuatu yang ada dari dirinya (kedua dirigen tersebut), lalu mengusahakannya dengan sekuat tenaga. IA bukan KORBAN DUNIA melainkan IA sedang BEKERJA.

Dan malam itu, saya langsung mendoakannya, "Tuhan, aku tidak tahu siapa nama Bapak itu dan bagaimana ceritanya hingga dia bisa tinggal disana. Tapi Tuhan, berkatilah dia.. Pulihkan keuangan dan kehidupannya. Biar Engkau berkati dia dalam penjualan airnya itu, bahkan Engkau tambahkan, sehingga bisa menopang hidupnya. Amien.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halo all..
Thanks so much untuk ikutan sharing di Kolom Esai Eve.
I am waiting for your comment, story, advise, or your writing itself in here.
Its really my pleasure to read that..